Konflik Palestina dan Israel telah berlangsung selama lebih dari satu abad dan menjadi salah satu perselisihan terpanjang dan paling kompleks di dunia. Perang ini tidak hanya melibatkan aspek politik, tetapi juga agama, identitas, dan wilayah. Meskipun ada berbagai faktor yang memicu ketegangan, beberapa faktor utama dapat diidentifikasi sebagai penyebab dari konflik yang terus berlanjut ini.
1. Persaingan Terhadap Wilayah
Salah satu faktor utama yang memicu konflik antara Palestina dan Israel adalah perebutan wilayah. Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, wilayah yang dikenal sebagai Palestina adalah rumah bagi sebagian besar penduduk Arab dan Muslim. Namun, setelah Perang Dunia I dan keruntuhan Kekaisaran Ottoman, wilayah ini berada di bawah Mandat Inggris. Kemudian, pada tahun 1947, PBB mengusulkan pembagian wilayah Palestina menjadi negara Yahudi dan negara Arab. Namun, rencana tersebut ditentang oleh masyarakat Arab dan menimbulkan ketegangan besar.
Ketika Israel mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1948, negara-negara Arab menolaknya, yang menyebabkan Perang Arab-Israel pertama. Sejak saat itu, Palestina dan Israel terus berkonflik mengenai batas wilayah, dengan Israel mengontrol sebagian besar wilayah yang sebelumnya diinginkan oleh rakyat Palestina. Hingga kini, masalah perbatasan dan pengakuan wilayah tetap menjadi sumber utama ketegangan.
2. Kepemilikan Kota Suci Yerusalem
Yerusalem adalah kota yang sangat penting dalam agama-agama besar dunia: Islam, Kristen, dan Yahudi. Bagi umat Islam, Yerusalem adalah tempat suci ketiga setelah Mekkah dan Madinah. Bagi orang Yahudi, Yerusalem adalah pusat dari identitas sejarah dan agama mereka. Setelah Israel mendirikan negara pada 1948, Yerusalem dibagi menjadi dua bagian: Yerusalem Barat dikuasai oleh Israel, sementara Yerusalem Timur (yang berisi banyak tempat suci Islam dan Kristen) dikuasai oleh Yordania hingga 1967. Israel kemudian mengklaim seluruh Yerusalem sebagai ibu kota mereka, yang tidak diakui oleh banyak negara, termasuk Palestina. Status Yerusalem yang diperebutkan ini tetap menjadi sumber ketegangan yang besar.
3. Kepentingan dan Dukungan Internasional
Selain faktor lokal, dukungan internasional juga memainkan peran besar dalam memperburuk konflik ini. Israel mendapat dukungan kuat dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat, yang memberikan bantuan militer dan diplomatik. Sementara itu, Palestina sering didukung oleh negara-negara Arab dan negara-negara yang tergabung dalam Gerakan Non-Blok. Dukungan internasional ini sering kali membuat situasi menjadi lebih rumit dan sulit untuk menemukan solusi damai yang diterima kedua belah pihak.
Baca Juga : U.S. 2024 Election Developments: Key Race and What They Mean
4. Identitas Nasional dan Hak untuk Menentukan Nasib Sendiri
Di balik semua faktor geopolitik, salah satu akar utama konflik ini adalah perjuangan identitas dan hak untuk menentukan nasib sendiri. Bagi rakyat Palestina, konflik ini adalah tentang hak mereka untuk hidup bebas di tanah mereka sendiri dan memiliki negara yang merdeka. Sementara itu, bagi Israel, ini juga tentang eksistensi dan keamanan negara mereka di tengah wilayah yang sebagian besar berpenduduk Arab.
Kesimpulan
Konflik Palestina-Israel merupakan persoalan yang sangat kompleks dengan akar sejarah, agama, dan politik yang dalam. Meskipun banyak upaya perdamaian telah dilakukan, tantangan-tantangan besar seperti perbatasan, status Yerusalem, dan hak-hak pengungsi Palestina masih menjadi hambatan utama untuk mencapai perdamaian yang langgeng. Seiring waktu, penyelesaian konflik ini memerlukan kompromi yang sulit, pengakuan terhadap hak-hak kedua pihak, dan peran aktif dari komunitas internasional.